Sejarah Kedokteran Hewan di Bogor: Awal Mula Kiprahnya

#Tags

Bogor, merupakan kota yang dikenal sebagai "Kota Hujan", menyimpan sejarah panjang dalam bidang imlu pengetahuan di Indonesia. Salah satunya adalah penelitian kesehatan hewan. Jejak kontribusinya dalam mendidik dokter hewan, meneliti penyakit hewan, dan menjaga kesehatan hewan ternak dan hewan kesayangan telah terukir sejak zaman kolonial Belanda hingga saat ini.

Sekolah kedokteran hewan di Indonesia dimulai sejak masa kolonial Hindia-Belanda. Pendirian sekolah tersebut oleh pemerintah Belanda dikarenakan semakin banyaknya hewan ternak yang terserang penyakit sedangkan jumlah dokter hewan Belanda yang ada saat itu sangatlah sedikit.

Melansir dari Historia.id, pada 1861, dokter hewan pemerintah Hindia Belanda, J. van der Helde mendirikan sekaligus memimpin sekolah dokter hewan di Surabaya. Namun, sekolah ini dibubarkan tahun 1875.
Kemudian, pada 1880, sekolah dokter hewan informal dibuka di Purwokerto, Jawa Tengah. Mereka belajar mengikuti praktik dokter hewan pemerintah. Sekolah ini akhirnya dibubarkan.kemudian dipindahkan ke Bogor dengan nama Lembaga Penelitian Penyakit Hewan (LPPH, sekarang Balai Besar Penelitian Veteriner).


Sejarah Kedokteran Hewan di Bogor

Muncul inisiasi pembentukan Indlandsche Veeartzen School atau sekolah dokter hewan yang mirip sekolah dokter Jawa. Namun, rencana itu ditolak karena para dokter hewan Belanda khawatir posisinya terancam dengan munculnya dokter hewan pribumi.

bangunan sekolah kedokteran hewan bogor
Veeartsenijschool te Buitenzorg /Sekolah kedokteran hewan di Buitenzorg. Sumber : Koleksi TROPENMUSEUM

Setelah melalui serangkaian perjalanan waktu yang panjang, akhirnya Sekoleh Kedokteran Hewan Pribumi pun didirikan dengan nama Indische Veeartzen School pada tahun 1908.  Selanjutnya lembaga pendidikan ini berubah naman menjadi Sekolah Dokter Hewan Pribumi (Indische Veeartzen School), kemudian berubah lagi menjadi Sekolah Dokter Hewan Bumi Putera atau Nederlands Indische Veeartzen School (NIVS) pada tahun 1914.

Untuk membantu para dokter hewan Belanda, pemerintah kolonial mendatangkan dokter hewan dari Eropa. Pribumi tetap direkrut untuk menangani pelayanan kesehatan hewan, dikenal sebagai mantri hewan.

Meskipun sekolah dokter hewan didirikan juga di beberapa daerah di Hindia-Belanda (nama Indonesia dahulu), namun dari Indische Veeartzen School Buitenzorg ini telah memunculkan seorang dokter hewan pertama dari bangsa pribumi yaitu Drh. J.A. Kaligis yang lulus pada tahun 1910.

Pada tahun 1942, setelah kedatangan Jepang, NIVS dibubarkan dan digantikan dengan "Bogor Zui Semon Gakko' atau "Zui Semon Gakko". Sekolah dokter hewan di zaman Jepang ini hanya beraktivitas selama empat tahun saja, sehubungan dengan kalahnya Jepang oleh Sekutu, serta diproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno dan Hatta. Pada tahun 1945, tidak lama setelah merdeka, Bogor Zui Semon Gakko kembali berganti nama menjadi Nederland Indische Veeartzen School atau NIVS seperti semula. NIVS kemudian sering disebut sebagai Sekolah Dokter Hewan Bogor. 

Praktikum di sekolah kedokteran hewan Bogor. Sumber : Koleksi Tropenmuseum


Pemakaian nama Sekolah Kedokteran Hewan Bogor ini pun tidak berlangsung lama, dan hanya bertahan selama 1 tahun saja yaitu dari 1945 s/d 1946. Setelah itu, menjadi nama Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan / PTKH. Perubahan nama tersebut terjadi pada tanggal 20 September 1946. Sejak saat itulah, setiap tanggal 20 September diperingati sebagai tanggal lahirnya Fakultas Kedokteran Hewan.
 
Akibat agresi militer Belanda pertama dan kedua, PTKH Bogor pada tahun 1947 kembali diduduki oleh Belanda. Pendudukan ini menjadikan pengelolaan PTKH kembali diatur dan diawasi oleh pemerintah Belanda. Selama masa pengawasan tersebut, kelas perkuliahan tidak dapat berjalan selama satu tahun, walau begitu PTKH Bogor tidak pernah secara resmi ditutup. Perkuliahan di PTKH ini kembali dilaksanakan setelah tahun 1948, yaitu setelah Belanda membuka 'Fakulkteit Diergeneeskunde Universiteit van Indonesie". Akibat pendudukan ini, sebagian siswa PTKH Bogor yang sebelumnya pernah belajar di kampus tersebut tidak bisa melanjutkan sekolahnya kembali di Fakultas ciptaan Belanda tersebut.

Fakultas Kedokteran Hewan “Fakulkteit Diergeneeskunde” dibawah Universitas Indonesia saat itu, mayoritas memiliki dosen yang berkewarganegaraan Belanda. Setelah dosen-dosen Belanda mulai kembali ke negaranya. Pemerintah kemudian mengantikan  dosen-dosen tersebut dari beberapa negara Eropa seperti Jerman dan Denmark. Selain itu ada juga beberapa  dosen yang berkewarganegaraan Indonesia yaitu Prof. Dr. Iskandar Titus (Small Animal Medicine), Prof. DR. A.A.Ressang (Patologi), dan drh. Kosasih (Anatomi).  

Pada saat masih berstatus Fakulkteit Diergeneeskunde Universiteit van Indonesie, sekolah ini mengikuti studi bebas (vreije studie) yang bercirikan antara lain, Kuliah bebas tidak diabsen, bahasa pengantar perkuliahan berupa bahasa inggris diselingi bahasa belanda. Ujian kenaikan tingkat hanya sekali setahun, ujian dilaksanakan dengan cara lisan diruang kerja atau dirumah dosen yang bersangkutan dengan perjanjian. Pada saat Ujian, mahasiswa harus memakai kemeja putih lengan panjang, dasi hitam, celana dan sepatu berwarna hitam. Sebagai tanda lulus, dosen akan mencatat di buku catatan mahasiswa dan menjabat tangan mahasiswa yang di ujinya. Kalau sudah begini, mahasiswa yang bersangkutan merasa senang dan lega karena salah satu mata kuliahnya telah dinyatakan lulus dan seterusnya akan menumpuh ujian untuk mata kuliah yang lain.

Pada tahun 1957 Fakulkteit Diergeneeskunde  Universiteit van Indonesie berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia. Kemudian pada tahun 1959-1960 berubah lagi menjadi  Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia.

Pada masa ini Pemerintah mendapatkan bantuan Hibah dari Amerika Serikat yang dikelola oleh “Kentucky Research Foundation” (KRF) untuk mengembangkan program pendidikan tinggi ilmu-ilmu pertanian. Pada periode bantuan Hibah ini Fakultas Kedokteran Hewan dan peternakan juga mengalami perubahan kurikulum.

Kurikulum yang awalnya merupakan studie bebas (vreije studie) berubah menjadi terpimpin, dengan menggunakan istilah-istilah akademik yang digunakan di Amerika Serikat seperti semester. Setiap semester ada quiz atau penugasan “term paper” dan pada akhir semester di adakan ujian akhir semester secara tertulis.  

Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan pada tahun 1962 berubah menjadi Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan, dan Perikanan Universitas Indonesia. Pada tahun 1963, Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan, dan Perikanan lepas dari Universitas Indonesia dan membentuk Institut Pertanian Bogor (IPB). Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan, dan Perikanan kemudian dibagi menjadi tiga fakultas yaitu Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Peternakan dan Fakultas Perikanan.

Dalam Pembangunan IPB, FKH merupakan “Feeder Faculty”. Hal inilah yang menyebabkan ada beberapa dokter hewan yang menjadi dosen tetap pada pendahulu di Fakultas Peternakan, Fakultas Perikanan dan Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian.  

Seiring perjalanan waktu, FKH IPB terus berkembang, dan pada periode 2003 - 2007, FKH IPB mengalami masa transisi dengan berpindahnya kampus dari Taman Kencana ke Kampus IPB Dramaga.

Kronologis Kedokteran Hewan di Bogor

  • 1906: Indische Veeartzen School atau Sekolah Dokter Hewan Pribumi pada 1906
  • 1914: Sekolah Dokter Hewan Bumi Putera atau Nederlands Indische Veeartzen School (NIVS)
  • 1942-1945: NIVS dibubarkan dan digantikan dengan "Bogor Zui Semon Gakko' atau "Zui Semon Gakko".
  • 1945-1946:NIVS kembali dibuka, dan diubah namanya menjadi Sekolah Kedokteran Hewan Bogor
  • 1946 : Berganti naman menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan / PTKH. Perubahan nama tersebut terjadi pada tanggal 20 September 1946. Sejak saat itulah, setiap tanggal 20 September diperingati sebagai tanggal lahirnya Fakultas Kedokteran Hewan.
  • 1947 : PTKH di Belanda mandeg karena agresi Belanda. Belanda membuka 'Fakulkteit Diergeneeskunde Universiteit van Indonesie" di UI saat ini.
  • 1950: PTKH menjadi bagian dari Fakulkteit Diergeneeskunde Universiteit van Indonesie
  • 1957 : Fakulkteit Diergeneeskunde  Universiteit van Indonesie berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia.
  • 1959-1960 : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia berubah lagi menjadi  Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia.
  • 1963: FPU-UI dipindahkan ke Bogor dan berganti nama menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB).
  • 1965: FPU-UI di IPB dipecah menjadi dua fakultas, yaitu Fakultas Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH).


Peran Penting FKH IPB dalam Kedokteran Hewan

  • Pendidikan: FKH IPB telah menghasilkan ribuan dokter hewan yang berkontribusi di berbagai bidang, seperti kesehatan hewan, penelitian, dan pendidikan.
  • Penelitian: FKH IPB memiliki peran penting dalam penelitian penyakit hewan, seperti penyakit mulut dan kuku (PMK), rabies, dan avian influenza.
  • Pengabdian Masyarakat: FKH IPB aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan hewan kepada masyarakat, seperti vaksinasi, pemeriksaan kesehatan, dan penyuluhan.


Kesimpulan

Sejarah kedokteran hewan di Bogor merupakan kisah panjang yang penuh dengan dedikasi dan kontribusi dari berbagai pihak. FKH IPB telah memainkan peran penting dalam mencetak dokter hewan, meneliti penyakit hewan, dan menjaga kesehatan hewan di Indonesia. Kiprahnya patut diapresiasi dan dilestarikan untuk kemajuan kedokteran hewan di masa depan.